Sabtu, 18 Mei 2013

6 Asuhan Ferguson yang Meneruskan Jejaknya

Dalam waktu 26 tahun di Manchester United, Sir Alex Ferguson telah melatih 3-4 generasi pemain. Beberapa pemain yang pernah dilatihnya ini ternyata mewarisi bakat Fergie dalam melatih. Mereka memanfaatkan betul pengalaman berharga dilatih oleh salah satu pelatih tersukses di dunia. Siapa saja?

1. Gordon Strachan
http://news.bbcimg.co.uk/media/images/65300000/jpg/_65300462_gordon_strachan_6.jpg
Strachan kini menjabat sebagai pelatih tim nasional Skotlandia. Kala masih bermain, ia pernah memperkuat United pada 1984-1989. Ia menjadi pemain angkatan pertama kiprah Fergie di United. Kisah Strachan dengan Fergie bagaimanapun lebih dikenal sebagai rivalitas. Kiprah Strachan di United tidak mengesankan Fergie, sehingga Strachan lebih sering ditempatkan di bangku cadangan.

Permusuhan ini tertuang dalam otobiografi Fergie tahun 1999. Fergie menggambarkan Strachan sebagai seseorang yang tidak dapat dipercaya, dan kemudian dibalas Strachan dengan reaksi bahwa ia terkejut sekaligus kecewa dengan penuturan sang mantan bos.

Strachan kemudian menjadi pelatih Skotlandia dengan reputasi sukses. Sebelum melatih tim nasional, ia sempat sukses menangani Southampton dengan membawa The Saints ke final Piala FA musim 2002/2003 sebelum dikalahkan Arsenal. Setelah itu, Strachan hijrah ke Glasgow Celtic untuk kemudian memberikan hattrick juara liga pada The Bhoys dalam kurun waktu 2006 hingga 2008, termasuk double winner tahun 2007.

2. Bryan Robson

http://metrouk2.files.wordpress.com/2011/03/article-1300275256272-041199c40000044d-556307_636x354.jpg?w=636
Robson memecahkan rekor transfer United kala Setan Merah memborongnya dengan mahar 1.5 juta pound dari West Bromwich Albion tahun 1981. Robson adalah salah satu pemain United yang identik dengan nomor punggung 7, nomor yang identik dengan pemain-pemain legendaris Setan Merah. Robson kemudian menuai sukses sebagai pemegang jabatan kapten paling lama di United — sejak tahun 1983 hingga 1994.

Sebagai manajer, Robson sempat menjadi bagian dari proyek ambisius klub Middlesbrough, klub pertamanya yang ia asuh. Bersama pemain-pemain berprofil tinggi seperti duo Brasil Juninho Paulista dan Branco, Robson sempat membawa Boro pada pencapaian dua final sekaligus dalam setahun, yaitu Piala FA dan Piala Liga tahun 1997.

Setelah melatih lima musim di Boro, Robson melatih klub-klub kasta kedua Inggris seperti Bradford City, West Bromwich Albion, dan Sheffield United. Ia kemudian mencoba peruntungannya ke Asia Tenggara dengan melatih tim nasional Thailand. Ia gagal membawa tim Gajah Putih lolos ke Piala Asia 2011, dan gagal meloloskan Thailand dari penyisihan grup Piala AFF tahun 2010 di Indonesia. Kini, Robson menjabat sebagai duta klub Manchester United. 

3. Roy Keane
http://www.completesportsnigeria.com//uploads/lthumb/roy-keane.jpg
Setelah era Robson dan Paul Ince merajai lini tengah United usai, Keane adalah pemain tak tersentuh di lini tengah United. Perannya sangat vital karena selain mampu menjadi gelandang jangkar yang kokoh, Keano juga sangat disegani rekan-rekannya di ruang ganti. Meski sering melakukan tindakan kontroversial, Keano tetap dianggap sebagai pemain tengah terbaik yang pernah dimiliki Fergie.

Meski karirnya sebagai pemain sangat mengilap, kiprah Keane sebagai pelatih tidaklah demikian. Keano hanya sempat melatih dua klub, Sunderland dan Ipswich Town. Sempat menjanjikan di Sunderland dengan membawa The Black Cats promosi tahun 2007, Keano kemudian gagal mempertahankan penampilan bagus klubnya di Premier League, dan mengundurkan diri setahun kemudian.

4. Steve Bruce
http://arsip.macanbola.com/cms-poca/picture/pic1/steve%20bruce%20macan%20bola.jpg
Bersama pasangannya di lini belakang, Gary Pallister, Bruce membentuk pertahanan solid United yang oleh Gary Neville, mantan bek kanan United, dianggap sebagai pasangan bek tengah terbaik sepanjang sejarah Setan Merah. Total, ia bermain 309 laga dan mencetak 36 gol untuk United. Ia juga memberi United banyak gelar juara dengan total sembilan trofi, termasuk gelar internasional pertama United di era Fergie, Piala Winners tahun 1991.

Bruce kemudian pensiun tahun 1998 bersama klub Sheffield United, untuk kemudian mengawali karirnya sebagai pelatih di klub yang sama. Bruce kemudian melanglang buana di dunia kepelatihan Inggris dengan menukangi klub-klub medioker seperti Huddersfield, Wigan, Crystal Palace, Birmingham City dan Sunderland. Kini, Bruce melatih Hull City.

5. Mark Hughes
http://i.telegraph.co.uk/multimedia/archive/00789/mark_hughes_789471c.jpg
Mengawali karir sepak bola sebagai pemain akademi United, Hughes kemudian besar sebagai salah satu penyerang tertajam klub ini dengan total 120 gol. Ia sempat melanglang buana bersama Barcelona dan Bayern Muenchen sebelum ditarik kembai oleh Fergie pada tahun pertama kepelatihannya. Keputusan Fergie ternyata tepat karena Hughes melanjutkan ketajamannya, termasuk mencetak dua gol di final Piala Winners tahun 1991 melawan eks klubnya, Barcelona.

Setelah pensiun, Hughes kemudian melatih tim nasional Wales dari tahun 1999 hingga 2004. Prestasi Hughes di tim nasional Wales tidak buruk. Ia nyaris membawa Wales lolos ke Piala Eropa 2004, namun kalah di babak penyisihan melawan Rusia. Setelah itu, Hughes melatih klub-klub Premier League seperti Blackburn Rovers, Manchester City, Fulham dan Queens Park Rangers.

Bersama klub-klub tersebut, rekor Hughes tidak terlalu istimewa. Melatih skuat bertabur bintang Manchester City, Hughes tidak mampu memberi gelar juara.

6. Laurent Blanc
http://i.telegraph.co.uk/multimedia/archive/02238/laurent_blanc_2238753b.jpg
Mantan bek tangguh Prancis yang membawa Les Blues pada gelar Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 ini menghabiskan karir bermainnya bersama United. Fergie sebenarnya telah menginginkannya sejak tahun 1996 saat ia masih membela Auxerre, namun saat itu Blanc memilih bergabung dengan Marseille. Blanc datang di usia senja 35 tahun ke Old Trafford untuk menutupi kepergian Jaap Stam ke Lazio. Ia turut menyumbang gelar juara liga bagi United di musim 2002/2003.

Empat tahun setelah pensiun, Blanc mengawali karir kepelatihan di klub negaranya, Bordeaux. Blanc sukses membawa klub ini meraih posisi juara dua di musim perdananya, namun hal itu cukup memberinya gelar pelatih terbaik musim itu. Di musim keduanya bersama Les Girondins, Blanc memberi kesuksesan ganda dengan mengawinkan juara liga dan Piala Liga Prancis. Hal ini membawanya pada kursi pelatih nasional pasca Piala Dunia 2010. 

Blanc memutuskan untuk tidak memanggil 23 pemain dari Piala Dunia 2010 setelah perselisihan mereka dengan Raymond Domenech, pelatih sebelumnya. Ia melakukan ini sebagai hukuman kolektif bagi para pemain. Ia juga membuat kebijakan dengan hanya menyediakan makanan halal di tim nasional, yang memang banyak dihuni pemain muslim. 

Blanc membawa Prancis lolos ke Piala Eropa tahun 2012 dengan predikat juara grup kualifikasi. Ia kemudian membawa Prancis hingga babak perempat final sebelum disingkirkan tim juara, Spanyol. Setelah turnamen ini, Blanc kemudian mengundurkan diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar